Metode Belajar Think Talk Write (TTW)


Strategi Think Talk Write adalah strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa. Strategi Think Talk Write (TTW) yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996: 82) ini pada dasarnya dibangun melalui kesiapan berfikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir (think) melalui bahan bacaan untuk mendapat informasi dengan cara menyimak, mengkritisi, dan mencari alternatif solusi atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah, selanjutnya berbicara (talk) yaitu bagaimana mengkomunikasikan hasil pemikirannya dalam diskusi dan membagi ide (sharing) dengan temannya kemudian menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja siswa yang telah disediakan (write). Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, mencari alternatif penyelesaian, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan secara individual atau melaporkan hasil diskusi (Bansu dalam Inayah; 2008).  
Pembelajaran dengan strategi think talk write mencakup tiga tahap sebagai berikut:
Tahap pertama adalah “aktivitas berfikir (think)” , dapat dilihat dari proses membaca teks berupa soal-soal matematika (jika memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual). Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian) dan langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.
Selama aktivitas think berlangsung, guru tidak perlu turut campur dalam hal isi catatan siswa. Pada tahap ini guru hanya sebatas mengawasi untuk memastikan bahwa setiap siswa sudah melakukan aktivitasnya dengan baik. Jika pada saat guru mengawasi kegiatan siswa didapati ada siswa yang masih belum memikirkan langkah-langkah penyelesaian masalah maka guru berusaha untuk memotivasi dan memberi sedikit arahan tentang maksud dari setiap permasalahan yang disajikan supaya siswa mendapat sedikit gambaran.
Menurut Wiederhold dlm Yamin (2008:84) membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu belajar membuat/menulis catatan setelah membaca akan merangsang aktifitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. Membuat cacatan   akan mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan kemampuan pemahaman, ketrampilan berpikir dan menulis.
Sering kali suatu teks bacaan diikuti oleh panduan, bertujuan untuk mempermudah diskusi dan mengembangkan pemahaman konsep matematika siswa (Narode dlm Yamin, 2008:85). Dalam strategi ini teks bacaan selalu dimulai dengan soal-soal konstektual (contextual problems) yang diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan kecil.
Setelah tahap pertama “think” selesai dilanjutkan dengan tahap kedua, “berbicara atau diskusi (talk)” yaitu berkomunikasi menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide (sharing) dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Pada umumnya menurut Huinker & Laughlin (1996) berkomunikasi dapat berlangsung alami, tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.
Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan. Selain itu, pada tahap ini siswa memungkinkan untuk terampil berbicara. Diskusi pada fase talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa.
Diskusi dapat menguntungkan pendengar yang baik, karena dapat memberi wawasan baru baginya. Baroody (Ansari dalam Hidayat, 2011) menguraikan beberapa kelebihan dari diskusi kelas, yaitu :
a.       Dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi.
b.      Membantu siswa mengkonstruksi matematika.
c.       Menginformasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah sendiri-sendiri, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam satu tim.
d.      Membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana.
Menurut Szetela (Nugroho, 2010) tahap talk penting dalam matematika karena beberapa alasan:
a.       Apakah itu tulisan, gambaran, isyarat atau percakapan merupakan perantara ungkapan matematika sebagai bahasa manusia
b.      Pemahaman matematika di bangun melalui interaksi dan percakapan antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna.
c.       Cara utama partisipasi komunikasi dalam matematika adalah talk
d.      Pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking
e.       Internalisasi ide ( internalizing ideas)
f.       Meningkatkan dan menilai kualitas berfikir
Selanjutnya tahap terakhir, ”menulis (write)” yaitu siswa menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja yang telah disediakan. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide-ide yang diperolehnya pada tahap pertama dan kedua, kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari (Shield & Swinson, 1996).
Aktivitas siswa selama tahap (write) ini adalah; (1) menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, (2) mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, (3) mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, (4) meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Yamin, 2008:  88).
Kelebihan TTW menurut Yamin (2008:  84) diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Aktivitas think dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membedakan dan mempersatukan ide yng disajikan dalam teks bacaan melalui aktivitas membaca terlebih dahulu.
b.      Aktivitas write dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan menulis
c.       Pembentukan ide dapat dilakukan melalui proses talking
d.      Pemahaman matematik dapat di bangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individu
e.       Talking dapat membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa belajar matematika.
Menurut Silver dan Smith dalam Sari (2010), peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi think talk write adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak dengan hati-hati ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif.
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW (think talk write) menurut Helmaheri dalam Sari (2010) adalah sebagai berikut
a.       Pendahuluan
1)      Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2)      Guru mengingatkan kembali teknik pembelajaran dengan strategi TTW , tugas-tugas, dan aktivitas siswa.
3)      Guru melakukan apersepsi.
4)      Guru memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
5)      Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 siswa.
b.      Kegiatan Inti Pembelajaran
1)      Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa yang memuat masalah.
2)      Siswa membaca soal LKS, memahami masalah secara individual, menuangkan ide-idenya mengenai kemungkinan jawaban dan atau langkah penyelesaian atas permasalahan yang diberikan (think).
3)      Siswa berinteraksi dan berkolaborasi degan teman satu kelompok mendiskusikan langkah penyelesaiannya (saling bertukar ide/sharing) agar diperoleh kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk).
4)      Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika yang diperolehnya setelah diskusi kemudian menuliskan semua jawaban atas permasalahan yang diberikan secara lengkap, jelas dan mudah dibaca (write).
5)      Selama diskusi berlangsung guru dan observer bersifat sebagai mediator dan membantu seperlunya jika sekiranya diperlukan.
6)      Satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok yang dipilih secara acak diminta untuk menyajikan jawabannya didepan kelas, sedangkan kelompok yang tidak terpilih memberikan tanggapan atau pendapatnya.
c.       Penutup
Guru bersama siswa membuat refleksi dan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi yang diharapkan pada strategi Think-Talk-Write adalah siswa dalam kelompoknya berfikir (think) baik dalam mempelajari materi maupun memecahkan masalah yang dihadapi, berbicara/saling berdiskusi, bertukar pendapat (talk), dan menuliskan hasil diskusi baik berupa rangkuman materi ataupun hasil pemecahan masalah (write) agar kompetensi yang diharapkan tercapai.

Diharapkan melalui strategi Think Talk Write ini siswa mampu berpikir secara mandiri dan mengasah kepekaan dan keterampilannya berpikir dan memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika dalam belajarnya.

No comments:

Post a Comment