Prestasi belajar dengan pembelajaran "Team Game Tournament" (TGT)

BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kajian Teori
1.      Prestasi Belajar
a.      Prestasi
Secara umum prestasi adalah “hasil” dari suatu kegiatan. Menurut Djamarah, (1994:19-20), prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan tetapi penuh perjuangan yang harus dihadapi untuk mencapainya.
Menurut Poerwadarminta (Djamarah, 1994:20), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Qohar (Djamarah, 1994:20), prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Harahap dkk (Djamarah,1994:20) mengatakan bahwa prestasi adalah penelitian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengab penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
b.      Belajar
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan meuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Suprijono,2005:1-5).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:14), belajar dapat diartikan berusaha memperoleh kepandaian ilmu, berlatih, atau berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Meurut Djamarah (1994:19-20), belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dari dalam diri individu. Dengan demikian, belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Menurut Asmani (2009:19), belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri dengan baik, sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai. Ilmu disini  bermakna keseluruhan, baik ilmu tidak dibatasi oleh sekat apa pun, bahkan oleh sekolah sekalipun. Menurut Kingskey (Asmani,2009:20), belajar adalah proses, dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia untuk mencapai hasil yang lingkungannya.
1)    Prinsip Belajar
                 Prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki ciri-ciri beikut:
a)      Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari
b)      Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
c)      Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
d)     Positif atau berkomulasi
e)      Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
f)       Permanen atau tetap
g)      Bertujuan dan terarah
h)      Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
           Dapat dismipulkan bahwa belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar jugadianggap sebagai bentuk pengalaman yang pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

2)    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
      Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a)    Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Misalnya: jasmani, psikologis, kelelahan.
b)    Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi: keluarga, sosial, dan masyarakat.

2.      Model Pembelajaran TGT Dengan Alat Peraga
a.      Model Pembelajaran
b.      TGT ( Team Game Tournament )
TGT, merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif  yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan preran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reintforcement. Aktivitas belajar yang dirancang dalam model pembelajaran ini memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat,dan keterlibatan belajar. Menurut Slavin (2005:144), komponen-komponen utama dalam model pembelajaran TGT diuraikan sebagai berikut:
1)      Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat pennyajian kelas, siswa hendaknya harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi  yang disampaikan oleh guru, karenaakan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game  akan menentukan skor kelompok.
2)      Team (Kelompok)
Tim merupakan fitur yang paling penting. Team terdiri dari empat atau lima siswa yang anggotanya heterogen dilihat dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi team adalah untuk lebih mendalami materi bersama dalam satu team dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggotanya agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3)    Game
Terdiri atas; pertanyaan – pertanyaan yang kontennya relevan, dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi dikelas dan pelaksanan kerja team. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan – pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan tersebut, akan mendapat skor. Skor ini nantinya di kumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4)    Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game sedang berlangsung. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa kedalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tinggi prestasinya dikelompokan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5)    Team recognize (penghargaan kelomopok)
Setelah penentuan turnamen selesai, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team dapat menjadi julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
             Terdapat kelebihan model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
1)      Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru dan akan menambahkan rasa kepercayaan dengan kemampuan diri untuk berfikir mandiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar bersama siswa lainnya
2)      Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain
3)      Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, dengan menyadari keterbatasan dan bersedia menerima segala perbedaan
4)       Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
5)      Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal, keterampilan mengelola waktu dan sikap positif terhadap sekolah
6)      Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman siswa, serta menerima umpan bali
7)       Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi riil h) Meningkatkan motivasi belajar dan melahirkan rangsangan untuk berfikir, yang akan sangat berguna proses pembelajaran jangka panjang
Selanjutnya, kelemahan model pembelajaran TGT adalah dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami filosofi pembelajaran tim, sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih akan merasa terhambat oleh siswa lainnya yang memiliki kemampuan dibawahnya. Dengan diciptakannya kondisi saling membelajarkan antara siswa, bisa jadi dapat menimbulkan pemahaman yang tidak seharusnya atau tidak sesuai dengan harapan Penilaian yang didasarkan pada kerja kelompok, seharusnya dapat disadari oleh guru bahwa sebenarnya hasil dan prestasi yang diharapkan adalah prestasi dari setiap individu siswa. Dan bukan merupakan pekerjaan yang mudah, untuk mengkolaborasi kemampuan individual siswa bersamaan dengan kemampuan kerjasamanya
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan yaitu model TGT merupakan adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan, sehingga siswa  lebih rileks  dan disamping itu menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan keterlibatan belajar.
Adapun siklus instruksi kegiatan dalam pembelajaran TGT (Team Game Tournament), adalah sebagai berikut:
a)      Pengajaran
Guru menyampaikan pelajaran sesuai materi yang dibutuhkan pada rencana pembelajaran secara garis besar. Dalam TGT dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan dari keseluruhan pelajaran (Ebmeir:1983).
b)      Belajar Teame
Para siswa belajar dalam masing-masing team mereka. Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan di dalam kelas oleh teman tim. Para siswa mempunyai lembar-kegiatan dan lembar-jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama prosespengajaran dan untuk menilai diri sendiri dan teman sekelasnya. Oleh karena itu, siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa temen satu tim mereka telah mempelajari materinya, sebelum satu tim belum menguasai materinya satu tim tidak ada yg boleh berhenti belajar. Satu tim boleh berbicara satu sama lain akan tetapi dengan suara pelan.
c)      Tournament
Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja tournament atau menyusun meja sebagai meja tournament. kompetisi dengan tiga peserta, meja tournament dengan kemampuan homogen. Kemudian guru melakuakn pengacakan nomor dalam kotak kartu bernomor, siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca utama yaitu siswa menarik nomor tertinggi. Siswa mengambil kartu bernomor dan mencari soal yang berhubungan dengan nomor tersebutpada lembar permainan. Siswa membaca pertanyaan dengak keras. Penantang I : mencoba menjawab, menantang jika memang mau (dan memberikan jawban yang berbeda) atau boleh melewatinya. Penantang II : boleh menantang jika penantang I melewati dan mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siswa yang menjawab benar berhak menyimpan kartunya, jika pembaca slah maka tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantang salah, maka dia wwajib mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak jika ada. Sepulu menit sebelum periode berakhir kelas, ucapkan kata “waktu” dan siswa berhenti dan menghitung kartu mereka. Siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game. Apabila semuanya sudah menghitung poin-poin tournament yang dikumpulkan, siswa mengumpulkan lembar skor permainan.
d)     Rekognisi Team
Setelah tournament selesai, guru menentukan skor team dan mempersiapkan sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih lebih tinggi, dengan kriteria rata-rata team yaitu, 40 (team baik), 45 (team sangat baik), 50 (team super). Dalam melakukan rekognisi team berprestasi sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu tim nya belajar.

c.       Alat Peraga
      Dalam pembelajaran modern kita harus berusaha agar siswa lebih mengerti dalam mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya belajar siswa akan lebih besar dan menumbuhkan motivasi belajar siswa.  Oleh karena itu, pembelajaran disajikan lebih baik dan menarik. Dengan dipergunkannya alat peraga, maka siswa diharapkan akan termotivasi dalam belajar.
Disamping itu, siswa yang mempunyai tingkat pemahaman yang kurang,  dan kemampuan belajar yang berbeda-beda pada siswa, dengan menggunakan alat peraga, akan sangat membantu siswa yang pemahamannya kurang (tanpa benda real) dan belajar melalui telinganya kurang. Mereka yang demikian itu akan lebih berhasil belajarnya bila melalui gambar dan benda-benda real (alat peraga).
      Menurut Pujiati (2004:3), alat peraga adalah media pengajaran yang mengandung atau membawakan konsep-konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan alat-alat yang dipergunakan oleh guru ketika mengajar untuk memperjelas materi  pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme pada siswa (Ruseffendi, 1992:229).
      Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Maka dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa alat peraga adalah alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran yang digunakan untuk mempermudah menerima materi yang disampaikan secara langsung yang terdapat pada benda atau objek, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar ,karena mereka tertarik dan mengerti atas pembelajaran yang diterimanya. Oleh karena itu, pembelajaran akan lebih kondusif, efektif, dan,efisien.
 Adapun siklus instruksi kegiatan dalam pembelajaran TGT (Team Game Tournament) dengan alat peraga, adalah sebagai berikut:
a)        Pengajaran
Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan alat peraga dengan bermacam-macam variasi sesuai materi yang dibutuhkan pada rencana pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep dan pola secara langsung (nyata) dalam penggunaan alat peraga ini sangat menunjang bagi siswa yang tergolong kurang mampu berfikir tinggi (kurang pandai). Dalam TGT dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan dari keseluruhan pelajaran (Ebmeir:1983).
b)        Belajar Team
Para siswa belajar dalam masing-masing team mereka. Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan di dalam kelas oleh teman tim. Para siswa mempunyai lembar-kegiatan dan lembar-jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri sendiri dan teman sekelasnya. Oleh karena itu, siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa temen satu tim mereka telah mempelajari materinya, sebelum satu tim belum menguasai materinya satu tim tidak ada yg boleh berhenti belajar. Satu tim boleh berbicara satu sama lain akan tetapi dengan suara pelan.
c)        Tournament
Pada awal periode permainan, diumumkan penempatan meja tournament atau menyusun meja sebagai meja tournament. kompetisi dengan tiga peserta, meja tournament dengan kemampuan homogen. Kemudian guru melakuakan pengacakan nomor dalam kotak kartu bernomor, siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca utama yaitu siswa menarik nomor tertinggi. Siswa mengambil kartu bernomor dan mencari soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan. Siswa membaca pertanyaan dengan keras. Penantang I : mencoba menjawab, menantang jika memang mau (dan memberikan jawaban yang berbeda) atau boleh melewatinya. Penantang II : boleh menantang jika penantang I melewati dan mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siswa yang menjawab benar berhak menyimpan kartunya, jika pembaca slah maka tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantang salah, maka dia wajib mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak jika ada. Sepuluh menit sebelum periode berakhir kelas, ucapkan kata “waktu” dan siswa berhenti dan menghitung kartu mereka. Siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game. Apabila semuanya sudah menghitung poin-poin tournament yang dikumpulkan, siswa mengumpulkan lembar skor permainan.
d)       Rekognisi Team
Setelah tournament selesai, guru menentukan skor team dan mempersiapkan sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih lebih tinggi, dengan kriteria rata-rata team yaitu, 40 (team baik), 45 (team sangat baik), 50 (team super). Dalam melakukan rekognisi team berprestasi sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu tim nya belajar.

a.       Belajar
            Menurut Nasution (Jamal, 1993:8), motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong sesorang untuk belajar.
            Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri, yakni dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar (M. Dalyono, 1997:57).
            Menurut Oemar Hamalik (2008:161-162), dalam gaeris besarnya motivasi  mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
1)      Motivasi menentukan tingkat berhasil atu gagalnya perbuatan brlajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
2)      Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran ya ng disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang sedemikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
3)      Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajiansi guru untuk berusaha secara bersungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
4)      Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas.
            Dimiati Mudjiono (2006:80), motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi merupkan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan sesuatu.
Menurut Sardiman (2007:85), motivasi memiliki tiga fungsi yaitu :
a.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi.
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan hendak dicapai. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.       Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang kuat dari dalam diri siswa untuk maju dan selalu memperbaiki prestasi belajar yang telah dicapai, sehingga tercapai prestasi yang setinggi-tingginya. Tanpa motivasi belajar, siswa sulit untuk mencapai hasil prestasi yang tinggi kaena motivasi belajar dapat menumbuhkan gairah dan semangat dalam meraih prestasi dan mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi.

B.     Kajian  Penelitian yang Relevan
      Untuk mendukung penelitian ini, berikut akan disajikan penelitian yang relevan :
      Penelitian yang dilakukan oleh Selviana Jufri (2009) tentang “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri Wonokromo Bantul Tahun Ajaran 2008/2009” menyimpulkan bahwa peningkatan motivasi  siswa dalam matematika setelah penerapan model TGT  terjadi pada siswa.
      Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh Selviana Jufri adalah sama yaitu meningkatkan motivasi siswa dalam menyelesaikan masalah pada siswa.
      Penelitian dilakukan oleh Novi Pusparini (2011) tentang “Efektifitas  Moodel Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Kelas VIII” menyimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa yang diperoleh dari model pembelajaran TGT .
      Persamaan yang dilakukan oleh peneliti diatas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas aspek mendukung yaitu, prningkatatan hasil prestasi belajar siswa.
      Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan peneliti diatas adalah, subyek dan pokok bahasan yang diteliti.

C.    Kerangka Berfikir
      Berbagai masalah pendidikan terjadi di Indonesia dan salah satunya dalah rendahnya mutu pendidikan yang dapat dilihat dari rendahnya prestasi belajar yang dicapai peserta didik dari tahun ketahun. Perkermbangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) tealah memberikan pembaharuan dalam proses belajar yakni dengan adanya model-model pembelajaran baru yang telah dikembangkan dan dapat memacu motivasi siswa. Dengan motivasi maka siswa lebih bisa mudah memahami pelajaran dengan lebih baik dan pada akhirnya prestasi belajar siswa itupun juga akan baik.
      Pada umumnya pembelajaran digunakan guru adalah pembelajaran yang diguanakan itu-itu saja tanpa ada perkembangan untuk membuat siwa lebih tertarik, misalnya model pembelajaran TGT.  TGT dengan Alat Peraga salah satunya merupkan model pembelajaran yang menekankan interaksi dan menimbulkan motivasi serta ketertarikan siswa terhadap belajar, sehingga terjadi interaksi siswa dalam team yang didasari oleh kerjasama diman amasing-masing individu mempunyai tanggung jawab, yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
      Dalam penelitian ini prosedur pembelajaran pengajaran terbalik dengan guru menugaskan siswa untuk berperan aktif dalam kelompok, untuk menjawab kuis-kuis bernomor yang diberikan, karena skor akan diakumulasikan untuk dijadikan tournament mingguan, untuk mendapatkan penghargaan bagi siswa yang menempati nilai tertinggi. Secara tidak langsung dalam pembelajaran ini guru membangkitkan motivasi, dan minat belajar siswa dalam belajar. Selain itu siswa akan lebih mudah menyerap materi yang telah disampaikan melalui alat peraga secara real, dan model pembelajaran bersifat game.
      Motivasi belajar siswa merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi juga berfungsi sebagai pendorong, penggarang, dan penggerak tingkah laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokrasi pendidikan, membina kreativitas, imajinasi dan partisipasi yang dilakukan siswa sebagai bentuk respon belajar, memuat kreativitas pemecahan masalah, melaksanakan tugas yang diberikan, kegiatan bertanya, menjawab, menganalisis, menilai, dan kreativitas siswa lain dilakukan secara individual maupun kelompok. Motivasi belajar dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu : tinggi, sedang, rendah. Disarankan dengan penggolongan tersebut nantinya akan terlihat pengaruh masing-masing kategori terhadap prestasi belajar matematika. 

No comments:

Post a Comment